Sesaat Setelah Gempa 4,9 Skala Ritcer Mengguncang Tasikmalaya, TPT Pinggir Jalan Raya Limbangan Garut Ambruk

Berita Utama370 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Garut, faktadanrealita.com

TEMBOK Penahan Tanah (TPT) di pinggir Jalan Raya Limbangan, tepatnya di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut Ambruk dan menyebabkan longsor, Jumat (21/02/2020). Longsor terjadi sesaat setelah terjadi gempa magnitudo berkekuatan 4,9 skala ritcer yang mengguncang Tasikmalaya dan sekitarnya pada Jum’at pagi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan, mengatakan, longsor terjadi sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelum longsor, TPT itu sempat mengalami retakan.

“Longsor TPT terjadi di Perum Pondok Indah Palasari Cijolang, Kampung Cijolang, RT 01 RW 01, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan. Setelah TPT retak, lalu ambrol ke pinggir jalan,” ujarnya.

Menurut Tubagus, TPT yang roboh tinggi sekitar 12 meter dan panjang 50 meter. Akses Jalan Raya Limbangan sempat terhambat karena material longsor berserakan ke jalan.

Sudah cek lokasi longsor dan koordinasi juga dengan pengembang. Soalnya TPT itu dibangun karena ada perumahan di atasnya,” ucapnya.

Sementara Camat Limbangan, Arief Rumdana menyebutkan, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa ini. Material longsor juga tidak mengganggu bahu jalan.

“Namun demikian, dikhawatirkan apabila terjadi hujan deras akan berakibat kepada penutupan jalan oleh tanah yang terbawa arus air hujan,” katanya.

Karena itu, terang Arief, saat ini pihaknya berusaha untuk segera mendatangkan alat berat ke lokasi kejadian.

Menurut zaenal Mustofa (38), warga Kampung Pulosari, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut menuturkan, seingatnya, TPT di daerah tersebut sudah dua kali dibangun oleh pihak pengembang perumahan.

“Kalau tidak salah, sebelumnya juga memang sempat terjadi longsoran namun tidak terlalu besar seperti yang sekarang. Mungkin sudah tidak bisa menahan air,” ucapnya.

Menurut Zaenal, dulu sebelum dibangun perumahan, di daerah tersebut masih banyak pohon-pohon penahan air ketika hujan. Selain itu, juga ada jalur air hujan yang kalau kering suka dipakai main anak-anak sekolah.

“Di atas itu kan bukan hanya perumahan, ada juga SMPN 3 Limbangan sama SMKN 6 Garut,” ujarnya.

Namun setelah dibangun perumahan, lanjut zaenal, pohon yang ada di kemiringan di titik longsoran itu semuanya ditebang. Kemudian dibangun tembok penahan tanah (TPT).

Zaenal menilai, seharusnya hal itu (longsor) tidak perlu terjadi jika tidak ada alih fungsi lahan seperti sekarang. Terlebih, kontur tanah di daerah tersebut yang licin karena merupakan tanah merah yang sangat rentan.

“Kalau pohon yang sudah ada sejak dulu tidak di tebang, seharusnya ini tidak akan terjadi,” katanya.(Wena)

Inline Related Posts  Forkopimcam Karangpawitan Lakukan Pengontrolan Desa/ Kelurahan Terkait Pendataan Warganya yang Baru Datang dan yang Masih di Luar