Program KUR Kian Diminati Petani Garut, Manfaatnya Telah Banyak Dirasakan

Berita Utama299 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Dewasa ini program Kredit Usaha Rakyat (KUR) makin diminati para petani di wilayah Kabupaten Garut. Pasalnya, manfaatnya mulai dirasakan oleh para petani.

Salah satunya Uju Juandi dan anggota Kelompok Tani Sinar Fauzan, Desa Sukaratu, Kecamatan Banyuresmi.
Menurut Uju, para petani anggota kelompoknya banyak yang mengambil pinjaman KUR, khususnya untuk modal awal usaha taninya. Dan sejauh ini untuk pengembaliannya pun cukup lancar.

“Alhamdulillah program KUR ini sangat membantu petani khususnya dalam menyediakan permodalan di awal usaha tani, yaitu biaya pengolahan tanah dan penanaman,” ujar Uju Juandi yang sekaligus menjabat Collector Agent (CA) dari Kelompok Tani Sinar Fauzan, Senin (09/03/2020) di kediamannya.

Uju mengatakan, kelompoknya telah memanfaatkan dana KUR sejak tahun 2017. Dia mengakui, untuk pengembaliannya cukup lancar. Itu dikarenakan di setiap pertemuan, ia selalu melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan anggota kelompoknya, yang saat ini berjumlah 95 orang.

“Saya selalu menekankan kepada anggota bahwa dana yang disalurkan adalah dana yang wajib dikembalikan,” ungkapnya.

Namun, ia menyayangkan, KUR pada tahun 2020 ini agak sulit pencairannya. Kalau dulu satu sampai dua minggu sudah cair, saat ini satu bulan sejak pengajuan baru dilaksanakan akad.

“Memang petani senang dengan adanya penurunan suku bunga menjadi 6 persen, namun kami berharap pencairannya bisa lebih dipermudah, khususnya waktu pencairan bisa dipercepat,” harapnya.

Sementara, Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Garut Dudung Sumirat optimis serapan dana KUR di Kabupaten Garut bisa terealisasi 100 persen dari target. Menurutnya, sepuluh persen petani tanaman pangan di Kabupaten Garut sudah ikut program KUR.

Inline Related Posts  Bupati Garut Membuka Acara Sosialisasi Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan

“Potensi lahan tanaman pangan di Kabupaten Garut cukup luas, yaitu padi seluas 42.663 ha, jagung 186.000 ha, dan kedelai 8.000 ha. Diharapkan penyaluran KUR tahun 2020 dapat mencapai target seratus persen,” ungkap Dudung.

Optimisme Dudung sangat beralasan karena sejak tahun 2018 penyaluran dan pengembalian dana KUR cukup lancar. Menurutnya, dana KUR tanaman pangan yang sudah tersalur pada tahun 2018 sebesar Rp 19 miliar, tahun 2019 sebesar Rp 20 miliar, dan tahun 2020 baru terealisasi sebesar Rp 1,4 miliar dari target Rp 50 Miliar untuk tanaman pangan.

Sebenarnya untuk seluruh komoditas, dana KUR Kabupaten Garut mencapai lebih dari Rp 1 triliun yang berada di beberapa bank. Yaitu BJB, Mandiri, BRI dan BNI, dan disalurkan untuk komoditas hortikultura, peternakan, perkebunan dan tanaman pangan.

Dudung percaya, dengan hasrat yang tinggi petani Garut bisa memanfaatkan dana KUR ini dengan optimal, sehingga realisasi dapat terserap seratus persen. Permasalahan pengembalian dari petani diharapkan dapat diatasi, tentunya ini berdasarkan pengalaman sebelumnya di tahun 2018 dan 2019.

Salah satu kecamatan yang cukup besar menerima dana KUR adalah Kecamatan Banyuresmi. Endra, Kepala UPTD Kecamatan Banyuresmi mengatakan, di Kecamatannya ter-alokasi dana KUR sebesar Rp 10 miliar untuk tahun anggaran 2020. Kelompok tani penerima manfaat juga sudah siap, sehingga diharapkan dapat segera tersalurkan.

Turunnya suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) akan menjadi angin segar bagi petani. Pasalnya, KUR untuk petani skemanya berbeda dengan KUR pada umumnya.

Apa yang di terangkan Dudung tersebut, seiring dengan pernyataan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy, yang menerangkan bahwa mekanisme pengembalian pinjaman KUR Petani itu berbeda dengan KUR pada umumnya, karena petani mendapatkan keringanan untuk membayarnya, yakni dapat dibayar dan boleh dicicil pada saat produk pertaniannya sudah menghasilkan (panen).

Inline Related Posts  PSBB Jawa Barat Sudah Siap, Ridwan Kamil Tegaskan Persediaan Logistik Aman

“Ini tentu memudahkan para petani, misalnya petani mengajukan KUR Rp 50 juta (tanpa agunan) untuk modal usaha taninya yang berupa tanaman padi atau jagung,” ujar Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy menambahkan, tahun ini pemerintah menurunkan suku bunga menjadi 6 persen per tahun dan tanpa agunan untuk pinjaman maksimal Rp 50 juta. Sarwo Edhy menggambarkan, tanaman tersebut baru menghasilkan setelah kurang lebih tiga bulan. Jadi ketika sudah 3 bulan, petani dapat melunasinya.

“Tahun sebelumnya bunga KUR 7-8 persen, tapi sekarang menjadi 6 persen. Ini pasti tidak akan memberatkan petani,” tambah Sarwo Edhy.(Wena)