PKM-Unisba Bersama CV Arenis, Bahas Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Pengrajin Berbahan Pohon Kawung

Berita Utama268 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Garut, faktadanrealita.com

Keberadaan Pohon Aren atau dalam bahasa sunda disebut pohon kawung (Arenga pinnata, suku  Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah pohon kelapa (nyiur) karena seperti halnya pohon kelapa, pohon kawung ini pun masuk kedalam jenis tanaman serba guna. Sebagai pohon penghasil gula, di Kabupaten Garut sendiri, jumlah pohon Kawung hingga saat ini masih banyak tersebar di berbagai wilayah kecamatan, pohon ini dipertahankan karena menjadi tumpuan ekonomi sebagian masyarakat.

Terkait pentingnya pengembangan pohon kawung ini, baru-baru ini dilakukan pertemuan antara PKM- Unisba dengan CV Arenis yang membahas tentang Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Pengrajin Berbahan Pohon Kawung dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi berbasis entrepreneur dan sustainable economic, yang digelar di Di Bumi Kawung, jalan patriot 30, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, Senin (03/02/2020).

Ditemui wartawan Fakta dan Realita seusai acara, Ketua Prodi Magister Management dan Ekonomi Syari’ah Universitas Islam Bandung (Unisba) Prof., DR. Muhardi S.E., M.Si, mengatakan dari mata rantai nilainya kawung tersebut secara pasokan nya dari hulu ke hilir ditemukan adanya permasalahan dimana kondisi saat ini begitu masuk ke tahap penanaman seringkali gagal.

Prof. Muhardi mencontohkan pada saat Bupati Garut, Rudy Gunawan melakukan penanaman 10 ribu bibit kawung ternyata yang bertahan hidup kurang dari 1%, kegagalan penanaman disinyalir berasal dari mulai pembibitan inilah yang menyebabkan permasalahan.

“Pertanyaan besar, kenapa sulit sekali untuk membudidayakan pohon kawung ini ?, setelah kita amati ternyata masalahnya ada di media tanah yang tidak tepat dan salah dalam cara memilih bibit yang tepat, dan juga variabel lain,” ujarnya.

Tetapi pada komoditi ini, lanjut prof. Muhardi seharusnya produksi kawung bisa diterima oleh pasar, cara-cara yang akan dikembangkan untuk merubah mindset para produsen, ini berhubungan erat dengan kelompok tani.

Inline Related Posts  Penasihat Dharma Wanita Kemensos, Grace Juliari Batubara Berikan Bantuan Peralatan Belajar Bagi Siswa Miskin di Garut

“Kita mengajak mereka untuk mulai memperhatikan kualitas, bagaimana kualitas produksi mereka bisa lebih baik, kemudian standarisasi mutu diterapkan,
karena keberlanjutan bisnis ke depan dengan adanya penguatan kelompok tani dalam tata niaganya,”terangnya.

Sementara itu Pimpinan CV. Arenis, Santosa yang selama ini menekuni dan menjadi penggiat Budaya Kawung di Jawa Barat, mengatakan petani Kawung khususnya di Kabupaten Garut perlu merubah pola produksi yang selama ini dengan cara tradisional ke cara yang lebih moderen.

“Salah satunya dengan membentuk koperasi petani kawung, barang yang dihasilkan oleh petani harus mampu diterima oleh market global, dengan menjaga kualitas, kesehatan, bentuk kemasannya yang lebih profesional,” ujarnya.

Santosa atau yang lebih akrab disapa Osa juga menuturkan saat ini petani harus mulai bisa mengikuti permintaan market, kalau ditemukan ada kesulitan pihaknya siap membantu, bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini pihaknya pun telah melakukan pelatihan-pelatihan bagi para petani kawung.

“Seperti hari Rabu besok (05/02) kita mau datang ke desa Najaten, Kecamatan Cibalong, diundang oleh mahasiswa yang lagi KKN, kita juga datang ke petani langsung memberikan bibit dan penyuluhan bagaimana cara menanam dan membudidayakan kawung dengan benar,” terangnya.

Kiat Osa dalam memberikan pengertian pada para petani kawung tidak lepas dari menanamkan rasa kebanggaan
dan sikap mempertahankan budaya seperti cara mengelola, memperlakukan, dan menghargai kawung itu sendiri.

“Mempertahankan yang sudah baik ini tentunya dengan berbagai cara, mulai dari aspek ekonomi, aspek alamiah yang benar, juga aspek sosial, kita bareng-bareng dengan masyarakat dengan maksud mengembangkan yang berkonotasi dengan tradisional,” tandasnya.

Areniss sendiri sudah membuat program yang terus mendorong perubahan ke arah yang lebih baik dengan melibatkan pihak-pihak lain seperti Universitas, dengan memaparkan potensi kawung bukan saja di Garut, namun dengan skala nasional bahkan internasional.

Inline Related Posts  Get a Serious Romantic relationship Online -- Avoid Prevalent Dating Problems to Find the Love of Your Life Online

“Ditahun 2020 ini, insya Allah akan segera berdiri pabrik pengolahan kawung berskala besar di Garut ini dengan volume produksi sampai 30 ton per bulan dari 10% kebutuhan nasional yang mencapai 300 ton per bulannya,” ujar Osa.

Osa juga mengatakan, Pabrik pengolahan kawung dengan nilai investasi hampir 18 miliar tersebut diharapkan akan lebih membuka kesempatan masyarakat petani untuk memacu produksinya lebih baik lagi.

“Saya berharap, Garut ini harus bisa menjadi kiblat kawung Indonesia, Apabila pabrik yang kita rencanakan telah berdiri, ini akan mampu meningkatkan kesejahteraan kelompok tani juga mengembangkan kawung supaya bisa go internasional, dan bisa bersaing secara global,” pungkasnya. (Dedi Oded)