Meski Jaman Berubah Drastis, Bengkel Seni Awi Cakra Tetap Eksis Lestarikan Seni Budaya Sunda

Berita Utama212 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Garut, faktadanrealita.com-

Bengkel Seni Awi Cakra tetap eksis melestarikan seni budaya lokal ditengah era globalisasi, yang mana seni dan budaya barat lebih dominan mempengaruhi kehidupan anak muda yang mulai lupa akan tatakrama dan sopan santun.

“Seni budaya utamanya Sunda bukan hanya mengajarkan kita akan keindahan seni saja akan tetapi juga mengajarkan tentang tatakrama, sopan santun yang bukan hanya ditujukan kepada sesama manusia saja, tetapi perlakuan kita terhadap alam sekitar pun sama,” kata Abah Jaka, Sesepuh Awi Cakra saat diwawancara Fakta&Realita di saung Bengkel Seni Awi Cakra yang beralamat di Jalan Ciwalen, Kelurahan Ciwalen, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (08/02/2020).

Saat ini, Bengkel Seni Awi Cakra konsen dalam melestarikan seni sunda Karinding. Karinding merupakan alat musik yang terbuat dari sebilah bambu atau pelepah pohon aren yang dihaluskan dan menghasilkan getaran pada bagian karinding yang disebut cecet ucing sehingga menghasilkan suara yang khas.

Karinding sendiri merupakan alat seni peninggalan nenek moyang kita yang telah berumur kurang lebih 600 tahun.

Abah Jaka menerangkan bahwa dirinya bersyukur bahwa Awi Cakra masih bisa eksis, dimana jaman era globalisasi ini anak muda lebih mudah menerima seni dan budaya barat dari pada seni dan budaya lokal.

“Alhamdulillah anggota Awi Cakra sendiri terdiri dari para pelajar SMA/Sederajat dan remaja putus sekolahan, sekarang anggota Awi Cakra berjumlah 10 orang dengan usia rata-rata dibawah 20 tahunan. Meski bisa dibilang anggota kita ini masih sedikit tapi saya masih bersyukur karena ternyata masih ada anak muda yang masih peduli dan cinta akan seni budaya lokal, serta sangat berterima kasih kepada seluruh orang tua anggota Awi Cakra yang telah percaya menitipkan anak-anaknya untuk ikut belajar seni budaya Sunda di saung Bengkel Seni Awi Cakra,” tuturnya.

Inline Related Posts  Bersatu Wujudkan Pangandaran Hebat yang Produktif, Demokratis dan Sehat

Abah Jaka berharap, agar Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) bisa ikut maju bersama beriringan dengan Awi Cakra dalam menjaga dan melestarikan seni budaya lokal.

“Kita sendiri kadang terkendala oleh sarana dan prasarana, misalnya ketika kita butuh bambu untuk membuat alat musik ataupun membeli langsung alat musik yang sudah jadi, kadang kita bingung karena terbentur dana. Bahkan sekarang beban masalah kita makin bertambah lagi, karena untuk menuju ke Saung tempat kita berkumpul dan berlatih, akses masuknya terhambat oleh kondisi jalanan yang semakin sempit, akibat terhalang hamparan kerikil penyangga rel kereta,” keluh Abah Jaka.

Dalam sesi terakhir wawancara, Abah Jaka berharap  semoga kelak bisa mempunyai saung yang lebih mudah diakses agar dapat terus mengenalkan seni budaya Sunda kepada kaula muda, dengan maksud dan tujuan semoga dengan seni dan budaya ini, para kaula muda bisa lebih belajar tentang tatakrama, sopan santun dan bisa menjaga alam, karena hal tersebut telah menjadi ciri ajaran nenek moyang kita sejak dulu.(Wita)