LSM Pemtagon: Alat Rapid Test yang Dipakai Dinkes Garut Abal-Abal 

Berita Utama768 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Pandemi Corona mereka jadikan ajang aji mungpung untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, mereka ‘asyik bermain’ diatas penderitaan rakyat. Lihat saja !! LSM Pemtagon akan bongkar nanti”

Garut, faktadanrealita.com

BEBERAPA petugas kesehatan tim penanganan Covid-19 pada sejumlah Puskesmas di kabupaten Garut mengeluh soal kurang akuratnya alat pendeteksi Covid-19 (Rapid Test) yang dipasok Dinas Kesehatan Garut.

Berdasarkan pantauan wartawan Fakta dan Realita, hasil dari Rapid test yang didapat dari pengetesan alat tersebut kadang membuat bingung para petugas Covid-19 di puskesmas, pasalnya ketika didapat hasil reaktif (positif) lalu dicoba lagi ternyata pada tes yang kedua menunjukkan hasil yang berbeda alias negatif.

Diketahui setiap Puskesmas menerima Alat Rapid test ber-merk ‘VivaDiag’ yang merupakan produk alat kesehatan asal pabrikan china.

Terkait masalah ini, Kabid Sumber daya Kesehatan Dinkes Garut, dr. Tri Cahyo Nugroho, saat dikonfirmasi di ruangan kantornya Selasa (12/05/2020), mengatakan bahwa untuk Garut, ada 3 jenis alat Rapid Test pendeteksi virus corona yang dipakai,  salah satunya bermerk VivaDiag.

Ketiga merk tersebut merupakan hasil rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan covid-19 Nasional yang mana merk tersebut telah dipakai secara nasional, tidak hanya di kabupaten Garut saja.

Foto: dr Tri Cahyo Nugroho, Kabid Sumber Daya Kesehatan DinKes Garut

Diakui Tri, Ia sebelumnya memang telah menerima berbagai keluhan dari beberapa Puskesmas terkait keakurasian alat ini. namun demikian pihak Dinkes Garut tetap akan memakainya dan tidak akan menarik alat rapid test yang sudah didistribusikan ke berbagai Puskesmas tersebut.

“Alasannya itu tadi, sudah jelas VivaDiag sudah direkomendasi secara nasional makanya kita beli sebanyak 2000 unit, sebelumnya kita telah sebarkan 1000 unit, sisanya 1000 unit lagi secepatnya kita distribusikan pula,” Ujar Tri.

Inline Related Posts  Berikut Aturan Yang Wajib Dipatuhi Minimarket, Supermarket, Hypermarket, Department Store Dikala Penerapan New Normal

Tri juga mengatakan, untuk pengadaan alat Rapid Test selanjutnya tidak menutup kemungkinan pihak Dinkes Garut akan menggunakan merk lain yang dipandang hasilnya lebih akurat. Saat ini, kata Tri, alat Rapid Test yang ada di indonesia sendiri jumlahnya sekitar 30 item, semuanya produk China.

” Yang terjadi dilapangan saat ini hanya perbedaan Interpretasi saja, VivaDiag ini memang kadang-kadang hasilnya membuat ragu, di kontrolnya berwarna merah terang, ketika dipakaikan warnanya malah kurang terang atau samar sehingga kadang hal inilah yang membuat para petugas kesehatan Tim penanganan Covid-19 kadang bingung dalam membuat keputusan, sampai kemudian harus di coba ulang dengan menggunakan alat yang sama atau merk lain,” ungkap Tri

Di pengadaan selanjutnya, kata Tri mungkin kita akan memakai merk lain yang lebih akurat, tentunya atas rekomendasi Gugus Tugas Nasional pula, dan yang merk VivaDiag ini kita habiskan dulu.

Tri menghimbau, masyarakat jangan khawatir terkait penggunaan alat Rapid test dari kita ini, karena jika pun hasil tesnya positif kita tetap akan tes ulang kembali yang bersangkutan agar hasilnya lebih jelas. Begitupun untuk Rapid Test pada wilayah yang terduga terpapar Covid-19, bagi orang yang hasilnya negatif, kita pun akan tes ulang kembali, semua itu dilakukan untuk menghindari keraguan.

Sementara itu terkait pengadaan rapid test produk china ini, berbagai kalangan dari mulai Ketua DPRD Garut, Ida Wartiah, Anggota Faksi Partai Amanat Nasional (PAN) Garut, Hamzah dan sejumlah Anggota DPRD lainnya, mengaku sangat kecewa karena VivaDiag dipandang kurang akurat.

Begitupun yang dikatakan aktivis dari LSM Pemtagon kabupaten Garut, Deden Gantar yang juga menyayangkan penggunaan alat rapid test yang hasil tes nya ngawur tersebut. Penggunaannya telah membuat mental para pelaku test tergonjang-ganjing karena serasa dipermainkan. Termasuk membuat para petugas kesehatan di lapangan pun kebingungan takut disalahkan.

Inline Related Posts  Pengamat Hukum UI, Andri W Kusuma: Setop Kartu Prakerja, Banyak Aturan Dilanggar
Foto: Tiga Serangkai Petinggi LSM Pemtagon Kabupaten Garut, Deden Gantar (paling kiri)

Ketidak-akuratan berlanjut, kata Deden, yakni saat pelaksanaan rapid test hari pertama di lapangan Setda Garut, yang diikuti ASN, Anggota DPRD Garut dan wartawan diperoleh hasil 7 orang dinyatakan positif covid-19, akan tetapi besok harinya saat di periksa lagi jadi negatif semua.

“Masa hasil rapid test di setda terhadap ASN, DPRD dan Wartawan sehari sebelumnya 7 positif, eh besoknya langsung negatif semua, ini seperti bohong-bohongan, saya tak habis pikir kenapa alat tes abal-abal seperti itu masih dipakai, mending buang saja musnahkan jangan dipakai lagi,” tegas Deden.

Dikatakan Deden, pemkab Garut harusnya selektif jangan karena alat rapid test nya direkomendasi Gugus Tugas Nasional, lalu percaya begitu saja membelinya banyak-banyak (VivaDiag) dan setelah dibeli malah mengecewakan.

“Pengadaan Alat Rapid test VivaDiag ini tidak murah, hasilnya sungguh mengecewakan, pemkab Garut hanya buang-buang duit rakyat saja,” ungkap nya.

Deden juga mengatakan, LSM Pemtagon yang konsen memperjuangkan nasib rakyat kecil, di masa pandemi covid-19 ini tidak diam, saat ini kita tengah memantau, mengawasi, meneliti dan mencatat pengunaan anggaran Covid-19, mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa, termasuk SKPD-SKPD yang melakukan pengalihan dananya ke penanganan Covid-19.

“Kita terus awasi penggunaan dananya, uang rakyat tidak kecil, saat ini pihaknya telah mempunyai data-data adanya penyelewengan dana yang dilakukan oleh sejumlah pejabat. Pandemi Corona mereka jadikan ajang aji mungpung untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, mereka ‘asyik bermain’ diatas penderitaan rakyat. Lihat saja!! kita akan bongkar nanti,” pungkasnya.

Reporter : Wena. H | Editor : Red_FR