Simak Kisah Keberanian Ibunda Bung Karno sang proklamator

Pendidikan1038 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Sejak kelahiran Sukarno ke dunia, Idayu mengamini bahwa anaknya adalah Putera Sang Fajar. Sebabnya ia lahir menjelang matahari terbit. Meski Idayu merupakan wanita kelahiran Bali, ia meyakini kepercayaan Jawa bahwa bayi yang lahir saat matahari terbit, nasibnya sudah digariskan oleh takdir. Selain itu, Sukarno lahir ketika Gunung Kelud meletus. Idayu percaya, itulah pertanda alam bahwa kelak anaknya akan tumbuh menjadi pemimpin besar.

”Ibu katakan padamu Nak, kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, menjadi pemimpin rakyat kita. Jangan pernah lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putera dari sang fajar,” ujar Idayu mengatakan kepada Sukarno kecil pada suatu pagi.

Kantor Berita Nasional Antara menyiarkan berita kematian Idayu pada Sabtu, 13 September 1958. “Ibunda Presiden Sukarno, telah pulang ke Rahmatullah di tempat kediamanannya di Blitar dalam usia 88 tahun, setelah menderita sakit tua lebih kurang 5 tahun. Presiden Sukarno menunggu di sisi almarhumah sampai saat-saat terakhir,” tulis Antara.

Setelah itu, seluruh surat kabar yang ada di Indonesia memberitakannya dengan huruf-huruf besar sebagai kepala berita memuat kabar duka cita ini di halaman muka. Surat Kabar Bintang Timur menulis dengan kepala berita ‘Jakarta Raya Berdukacita; Seluruh Hati Rakyat Indonesia Tertumpah ke Blitar.’ Sebagai bentuk penghormatan, nama berkasta Ida Ayu diberikan Soekarno sesaat sebelum ibundanya itu meninggal dunia di Istana Kepresidenen Tampaksiring, Bali.

Dikutip Redaksi Tim FR dari :
Penulis : Melisa Mailoa
Editor : Irwan Nurgroho
Desainer: Luthfy Syahban

Inline Related Posts  SMK Negeri 1 Bireuen, Gelar Pelatihan Penguatan Budaya Kerja