Benarkah Berbahaya? Ini Fakta Seputar Makanan Kedaluwarsa

Kesehatan479 Dilihat
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Garut – faktadanrealita.com
Fakta makanan kedaluwarsa mungkin tak banyak diketahui. Ketika Anda memilih makanan atau minuman di supermarket, Anda mungkin selalu memperhatikan tanggal kedaluwarsa yang tertera di kemasan. Begitu juga ketika Anda ingin menyajikan makanan di rumah. Saat tanggal kedaluwarsa sudah lewat batas, Anda otomatis akan membuangnya.
Banyak orang yang menganggap makanan kedaluwarsa sama dengan makanan beracun. Jelas, semua orang menghindari kemungkinan tersebut. Namun, apakah benar tanggal kedaluwarsa patut dijadikan patokan layak atau tidaknya makanan itu dikonsumsi? Ketahui fakta seputar makanan kedaluwarsa berikut ini.

Fakta makanan kedaluwarsa
United States Department of Agriculture menyebutkan makanan kedaluwarsa tetap aman dan sehat jika disimpan dengan benar sampai pembusukan benar-benar terjadi.
Makanan busuk akan mengubah bau, rasa, atau tekstur karena bakteri pembusuk yang muncul secara alami. Jika muncul karakteristik itu, makanan tidak boleh dimakan.
Mikroorganisme, seperti jamur, ragi, dan bakteri bisa bertambah banyak dan menyebabkan makanan busuk. Sedangkan, virus tidak bisa berkembang pada makanan dan tidak akan membuat makanan busuk.
Ada dua jenis bakteri yang dapat ditemukan pada makanan, yaitu:
Bakteri patogen, menyebabkan penyakit bawaan pada makanan.
Bakteri pembusuk, tidak menyebabkan penyakit, tapi menimbulkan karakteristik tertentu yang tak sedap.
Bakteri pembusuk tidak menyebabkan penyakit, tapi membuat kondisi makanan memburuk dan menimbulkan karakteristik, seperti rasa atau bau yang tidak diinginkan, sehingga membuat makanan tidak sehat.
Ketika bakteri pembusuk mendapatkan nutrisi (dari makanan), kelembapan, waktu, dan suhu yang mendukung, ini memungkinkannya untuk tumbuh dan memengaruhi kualitas makanan.
Kerusakan pada makanan kedaluwarsa terjadi jauh lebih cepat jika tidak disimpan dan ditangani dengan benar. Perubahan warna daging atau unggas bukan indikator pembusukan.

Apa artinya label tanggal di kemasan?
Umumnya, makanan seperti daging, unggas, telur, dan susu punya tanggal kedaluwarsa. Namun, tanggal itu tak selalu tentang pembusukan atau makanan kedaluawarsa.
Beberapa tanggal hanya menginformasikan pengecer perihal saat terbaik kesegaran, rasa, tekstur suatu produk. Berikut jenis-jenis label yang terdapat di kemasan produk:

Label tanggal “sell by” (dijual oleh)
Label ini menandakan berapa lama toko seharusnya memajang produk di rak, bukan soal makanan kedaluwarsa. Namun, makanan tetap aman dimakan sampai beberapa hari setelah lewat tanggal ini jika Anda menyimpannya dengan baik.

Label tanggal “best if used by” (baik digunakan sebelum)
Label ini berasal dari pabrik. Artinya, produk berada pada kondisi terbaik dalam hal rasa dan tekstur jika Anda mengonsumsinya pada tanggal ini. Namun, tanggal ini tidak mengarah pada keamanan makanan.

Label tanggal “use by” (tanggal digunakan)
Pabrik juga mencantumkan label ini untuk menerangkan soal kualitas terbaik produk. Setelah tanggal ini, rasa, tekstur, dan kualitas mungkin akan menurun, tapi belum tentu dengan keamanannya.

Label tanggal “expiration” (kedaluwarsa)
Label ini adalah satu-satunya tanggal yang berkaitan dengan keamanan pangan. Jika tanggal ini telah berlalu, Anda boleh membuang makanannya

Berapa lama makanan aman dikonsumsi?
Setelah mencermati fakta makanan kedaluwarsa, tak kalah penting mengetahui aturan umum agar makanan tetap aman dikonsumsi. Berikut penjelasannya:
Susu umumnya aman dikonsumsi seminggu setelah tanggal “sell by” (dijual oleh) pada kemasan.
Telur aman sampai 3-5 minggu setelah Anda bawa pulang (dengan asumsi Anda membelinya sebelum tanggal “sell by” (dijual oleh) pada kemasan.
Unggas dan seafood aman jika dimasak atau dibekukan dalam satu hingga dua hari.
Daging sapi aman jika dimasak atau dibekukan dalam tiga hingga lima hari.

Inline Related Posts  Wakil Bupati Pimpin Apel Bersama Dinas Sosial Garut

Oleh Fajarina Nurin
Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr Mikhael Yosia
Sumber: hellosehat.com